Potret
Kondisi Lalu Lintas Jogjakarta
Jogja,
siapa yang tidak tau kota penuh dengan budaya dan wisatanya. Mulai dari pantai
hingga candi ada di Jogja dan sebagai daerah istimewa di indonesia kawasan
Jogja merupakan kawasan yang sangat penuh dengan daya tarik, selain kekayaan
alam yang ada Jogja juga terkenal akan dunia pendidikannya. Selaras dengan hal
itu pastilah tata kota dan khususnya kondisi fasilitas perlrngkapan jalan dan
desain lalu lintas merupakan hal yang vital di Jogja.
Tapi
tahukah anda? Budaya berlalu lintas di Kota besar yang ketat akan peraturan dan keamanan lalu
lintasnya mulai dari penegakan hukumnya dalam berlalu lintas sangat ketat
bukan?. Hal tersebut bisa dilihat dari kamera CCTV yang sekarang mulai dipasang
pada simpang – simpang yang berpotensi macet serta pada ruas yang merupakan
daerah rawan kecelakaan. namun pada kenyataanya faktor pelanggaran berlalu
lointas sering terjadi. Jumlah kendaraan yang sangat banyak serta kesadaran
pengguna jalan sendiri akan keselamatan merupakan hal yang sulit diselesaikan permasalahannya
hingga saat ini.
Berdasarkan
sumber dari BPS tahun 2015, dominasi jumlah kendaraan yaitu sepeda motor
sebesar 81% pada tahun 2013. Bisa dibayangkan bahwa pasti terjadi peningkatan
jumlah kendaraan sepeda motor serta kendaraan jenis lainnya pada tahun 2015 ini
sebanding dengan meningkatnya jumlah penduduk serta bertambahnya universitas
universitas di Jogja khusunya sehingga banyak mahasiswa maupun anak SMA yang
menggunakan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor. Selain itu berdasarkan
faktor penyebab terjadinya tabrakan, faktor manusia yang paling mendominasi
yaitu sebesar 67%, faktor kendaraan 5%, faktor jalan dan lingkungan 4%, serta
kombinasi faktor tersebut sebesar 24%. (sumber: Masyarakat Transportasi
Indonesi, 2012)
Jelas
bukan? Bahwa faktor manusia sangat mendominasi adanya pelanggaran. Berikut ini beberapa
potret pelanggaran yang biasanya terjadi di Ring Road.
Bisa
terlihat bahwa pelanggaran yang tetrjadi di Ring Road ini yaitu penyalahgunaan
jalur sepeda oleh pengguna mobil. Padahal kita tahu bahwa lajur sepeda motor
hanya khusus dilalui oleh sepeda motor dengan lebar lajur yang sempit khusus
sepeda motor, namun mobil tersebut nekat untuk melalui nya. Hal tersebut sudah
merupakan pelanggaran yang sangat sering ditemui. Selain itu, terdapat pelanggaran lain yang tidak
mengutamakan keselamatan, yaitu tidak memberikan helm bagi anak. Dibawah ini dapat
kita lihat bahwa terdapat sepeda motor dengan 3 pembonceng, dan dua dintaranya
adalah anak-anak. Padahal kita tahu bahwa anak juga berhak dalam mendapatkan
keselamatan, karena anak sendiri merupakan generasi penerus bangsa kita. Namun pada
kenyataanya, masih sering dijumpai orang tua yang tidak memperdulikan
keselamatan anak-anaknya, kesadaran orang tua masih sangat rendah dalam hal
keselamatan.
Selain
itu tidak lengkapanya perlengkapan kendaraan juga masih ditemui pada kota
sekelas Jogja yang biasanya orang orang yang akan berkunjung ke kota besar ini
selalu mempersiapkan perlengkapan kendaraannya karena tahu akan ketatnya peraturan
di Jogja. Namun pada kenyataanya,masih dijumpai pengguna sepeda motoryang tidak
menggunakan perlengkapan kendaraan yaitu spion. Padahal kita tahu bahwa spion
merupakan hal yang penting sebagai pengendali saat berkendara.
Berdasarkan
kondisi kondisi tersebut, perlu adanya perubahan dalam melakukan suatu
perubahan ini, yaitu mulai dari instansi kepolisisan sebagai penegak hukum,
dinas perhubungan yang fokus dalam fokus fasilitas perlengkapan jalan serta dinas
pekerjaan umum dalam konteks jalan, tata kota, instansi kesehatan, tokoh
masyarakat, pelajar pelopor, hingga masyarakat sendiri harus bersama-sama
peduli akan keselamatan lalu lintas sendiri. Program program keselamatan perlu
dilakukan seperti kampanye keselamatan mulai dari usia dini hingga pada taraf
orang tua juga penting.
Sebagai
masyarakat peduli kesalamatan, mari kita wujudkan Indonesia yang sadar
keselamatan dan peduli untuk senantiasa terus berperilaku keselamatan demi masa
depan serta demi mengurangi angka kecelakaan yang sangat merugikan bangsa.
Penulis
: Farida Nur Fadhilah
Sumber
foto : Farida Nur Fadhilah